Artikel Terbaru
Loading updates...

Review Buku 48 Hukum Kekuasaan: Kitab Suci Para Manipulator atau Panduan Bertahan Hidup di Dunia yang Kejam?

Poin Kunci:
  • Buku 48 Hukum Kekuasaan karya Robert Greene adalah panduan kontroversial berpengaruh yang merangkum strategi Machiavellian dari tokoh-tokoh sejarah untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan
  • Kelebihan buku ini terletak pada wawasannya yang tajam dan lugas mengenai realitas dinamika kekuasaan, yang dapat berfungsi sebagai alat analisis perilaku manusia sekaligus panduan pertahanan diri dalam lingkungan kompetitif
  • Kelemahan utamanya adalah pendekatan yang dianggap amoral dan manipulatif, yang dapat mendorong perilaku tidak etis serta merusak hubungan interpersonal yang sehat jika diterapkan tanpa pemikiran kritis.

Buku The 48 Laws of Power

Buku 48 Hukum Kekuasaan (The 48 Laws of Power) karya Robert Greene adalah salah satu buku paling berpengaruh sekaligus kontroversial yang dibuatnya. Pada awalnya buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1998. Berjalannya waktu, buku ini menjadi salah satu bestseller internasional dan telah diterjemahkan dalam beragam bahasa termasuk Bahasa Indonesia. 

Buku ini secara internasional menjadi salah satu karya terlaris versi New York Times. Lebih dari 1,2 juta kopi telah terjual hanya di negara Amerika Serikat saja. Bahkkan, buku ini juga tercatat sebagai audiobook ke-6 terpopuler secara global dan ke-5 terpopuler di AS dalam platform Spotify pada Desember 2024. Sedangkan di Indonesia, buku 48 kekuasaan ini diterbitkan oleh penerbit Renebook yang tersedia di berbagai toko buku di Indonesia. Terjemahannya sepanjang tahun 2024 telah dicetak ulang sebanyak lima kali sepanjang tahun 2024 di Indonesia. 

Buku 48 hukum kekuasaan ini mencoba mengajak pembaca untuk mengesplorasi tentang 48 hukum atau prinsip yang berkaitan tentang kekuasaan. Greene dalam buku memberikan panduan untu mendapatkan, mempertahankan, atau membela diri dari kendali tertinggi dalam interaksi antar manusia. The Sunday Times bahkan menyebutkan bahwa buku ini menjadi "kitab suci para penusuk dari belakang Hollywood". Dikatakan hukum hukum ini layaknya kitab suci karena isinya yang merangkum pelajaran sejarah, mengambil contoh dari tokoh tokoh besar seperti para raja, negarawan, elit kekuasaan dan termasuk filosofi dari Machiavelli, Sun tzu, Carl Von Clausewitz. 


Biografi penulis Robert Greene

Robert Greene merupakan seorang penulis Amerika  yang terkenal dengan karya karya terkenalnya dengan fokus pada tema strategis, kekuasaan, dan seni pengaruh. Ia merupakan putra bungsu dari orang tua berdarah Yahudi yang laahir pada tanggal 14 Mei 1959 di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Greene tumbuh besar di Los Angeles yang kemdian melanjutkan pendidikan di University of California, Berkeley, sebelum akhirnya menyelesaikan gelarnya di University of Wisconsin-Madison dengan gelar B.A (Sarjana Seni) di bidang studi klasik. 

Sebelum menjadi penulis, greene memiliki riwayat pekerjaan ang sangat beragam. Dirinya mengatakan bahwa telah bekerja dengan 50 hingga 80 pekerjaan. Beberapa pekerjaan tersebut mencakup pekerja konstruksi, penerjemah, editor majalah, hingga penulis skenario film Hollywood. Berbagai pengalaman bekerja inilah yang kemudian menjadi pengalaman hidup yang nantinya akan tercermn dalam karya karyanya. 

Pada tahun 1995, Greene bekerja sebagai penulis di Fabrica, sebuah sekolah seni dan media d Italia. Disana dirinya  bertemu dengan Joost Elffers, seorang pengemas buku, dan mengemukakan ide buku terkait kekuasaaan kepadanya.  Walaupun awalanya enggan mengambil risiko besar mengerjakan proposal buku, greene lantas kemudian terinsiprasi setelah membaca ulang bigrafi Julius Caesar atas keberaniannya menyeberangi Sungai Rubicon. Dorongan inilah yang akhirnya terciptalah tulisan treatment yang menjadi dasar buku pertamanya yaitu The 48 Laws of Power. 

Momen ini menjadi titik balik dalam hidupnya dari Greene. Sejak itu, dirinya menulis buku buku populer lainnya yang masih terkait dengan strategi, kekuasaan, dan seni pengaruh. Buku buku tersebut meliputi The Art of Seduction (2001), The 33 Strategies of War (2006), The 50th Law (2009, berkolaborasi dengan rapper 50 Cent), Mastery (2012), The Laws of Human Nature (2018), dan The Daily Laws (2021).

Karya karya Greene telah menjadi referensi bagi beragam tokoh termasuk selebritas, politisi, dan aktivis hak sipil. Beberapa pengemar terkenalnya termasuk Will Smith, Jay-Z, Michael Jackson, dan 50 Cent. Selain itu, Buku buku Grenee juga dilarang di penjara penjara AS. Hal tersebut karena isi bukunya berpotensi memengaruhi keamaan dan perilaku narapidana.

Karyanya memang disebut beberapa orang sebagai menjijikan dan amoral. Atas berbagai pandangan tersebut, Greene mengatakan bahwa dirinya bukanlah jahat atau "evil" sesuai ide yang ditulis dibukunya. Dirinya lebih memandang bahwa dirinya adalah seorang "realis" yang menggambarkan realitas kekuasaan di dunia ini secara deskriptif.

Dedikasi Greene sebagai penulis sangatlah besar. Pada tahun 2018, Greene menderita stroke seirus yang disebabkan oleh gumpalan darah di lehernya. Walaupun demikian, dirinya tetap meluncurkan bukunya The Laws of Human Nature.

Secara keseluruhan Greene adalah penulis yang luar biasa memiliki kemampuan luar biasa untuk menyaring sejarah dan psikologi menjadi panduan strategis yang tajam, meskipun kontroversial. Layaknya seorang sejarawan yang mengungkap peta tak terucapkan dari dinamika sosial, dirinya menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan oleh siapa pun, baik untuk menyerang maupun untuk melindungi diri.


Isi dari Buku 48 Hukum Kekuasaan

Inti dari buku The 48 Laws of Power ini berisikan panduan panduan yang menjelaskan cara utuk memperoleh, mematuhi, dan mempertahankan diri dari kendali kekuasaan.Selain itu, buku ini juga dapat menjadi acuan dalam memahami perilaku manusia dan motif mendasar yang menggerakkan orang, terutam dalam lingkungan yang kompetitif. Melalui berbagai cerita tokoh tokoh terkenal, greene menjelaskan bahwa terdapat pola pola yang dapat dimanfaatkan ataupun dihindari. 

Filosofi dasar Greene dalam menulis buku ini lebih mengadopsi ke perspektif Machiavellian. Perspektif tersebut memandang kekuasaan sebagai permainan yang berfokus pada strategi yang sering kali melibatkan manipulasi, penipuan, dan sifat kekuasaan yang terkadang kejam. Dalam menghadapi keruhnya kekuasaan tersebu, sangat penting untuk para pemain di dalamnya memahami bagaiman aturan permainan tersebut berlaku. Atas ide ide yang ditulis oleh Greene, muncul dua kubu dalam memahami arti panduan ini, disatu sisi memandang buku ini dapat memperkuat dirinya, sedangkan disisi lain memandang buku ini sebagai amoral dan menjijikkan.

Disisi lain, buku ini juga menjadi panduan strategi untuk dominasi total dalam suatu hal. Artinya, setiap hukum berfungsi sebagai taktik untuk mengatasi lawan dan mengamankan posisi seseorang di lingkungan yang kompetitif. Hukum hukum tersebut tidak hanya mengajarkan arti kehati-hatian, tetapi juga merekomendasikan pertahanan diri yang mutlak. Walaupun hukum yang ditawarkan beragam dan unik, tetapi setiap hukum terssebut memiliki satu kesamaan yaitu minat untuk mendominasi secara total.

48 Hukum Kekuasaan tersebut meliputi :
  • Hukum 1: Jangan Pernah Lebih Cemerlang dari Sang Tuan (Never Outshine the Master)
  • Hukum 2: Jangan Terlalu Percaya pada Teman, Pelajari Cara Menggunakan Musuh (Never Put Too Much Trust in Friends, Learn How to Use Enemies)
  • Hukum 3: Selalu Sembunyikan Niat Anda (Conceal Your Intentions)
  • Hukum 4: Selalu Katakan Lebih Sedikit dari yang Diperlukan (Always Say Less Than Necessary)
  • Hukum 5: Begitu Banyak Bergantung pada Reputasi, Jaga Reputasi Anda dengan Nyawa (So much depends on reputation, guard it with your life)
  • Hukum 6: Cari Perhatian dengan Segala Cara (Court attention at all costs)
  • Hukum 7: Biarkan Orang Lain Melakukan Pekerjaan untuk Anda, tetapi Selalu Ambil Kreditnya (Get others to do the work for you, but always take the credit)
  • Hukum 8: Buat Orang Lain Datang kepada Anda, Gunakan Umpan Jika Perlu (Make other people come to you, use bait if necessary)
  • Hukum 9: Menang Melalui Tindakan, Jangan Pernah Melalui Argumen (Win through your actions, never through argument)
  • Hukum 10: Infeksi: Hindari Orang yang Tidak Bahagia atau Bernasib Buruk (Infection: Avoid the unhappy or the unlucky)
  • Hukum 11: Belajarlah Menjaga Orang Lain Bergantung pada Anda (Learn to keep people dependent on you)
  • Hukum 12: Gunakan Kejujuran dan Kemurahan Hati Selektif untuk Melucuti Korban Anda (Use selective honesty and generosity to disarm your victim)
  • Hukum 13: Saat Meminta Bantuan, Tariklah Kepentingan Pribadi Orang Lain, Jangan Pernah Belas Kasihan atau Rasa Terima Kasih Mereka (When asking for help, appeal to people’s self interest, never their mercy or gratitude)
  • Hukum 14: Berpura-puralah sebagai Teman, Bekerjalah sebagai Mata-mata (Pose as a friend, work as a spy)
  • Hukum 15: Hancurkan Musuh Anda Secara Total (Crush your enemy totally)
  • Hukum 16: Gunakan Ketidakhadiran untuk Meningkatkan Kekuatan dan Kehormatan (Use absence to increase strength and honor)
  • Hukum 17: Pertahankan Orang Lain dalam Ketakutan yang Tertunda, Pupuklah Aura Ketidakpastian (Keep others in suspended terror, cultivate an air of unpredictability)
  • Hukum 18: Jangan Membangun Benteng untuk Melindungi Diri Sendiri, Isolasi Itu Berbahaya (Do not build a fortress to protect yourself, isolation is dangerous)
  • Hukum 19: Ketahuilah dengan Siapa Anda Berhadapan, Jangan Menyinggung Orang yang Salah (Know who you’re dealing with, do not offend the wrong person)
  • Hukum 20: Jangan Berkomitmen kepada Siapa Pun (Do not commit to anyone)
  • Hukum 21: Berpura-puralah Bodoh untuk Menangkap Orang Bodoh, Tampaklah Lebih Bodoh dari Target Anda (Play a sucker to catch a sucker, seem dumber than your mark)
  • Hukum 22: Gunakan Taktik Menyerah: Ubah Kelemahan Menjadi Kekuatan (Use the surrender tactic: transform weakness into power)
  • Hukum 23: Konsentrasikan Kekuatan Anda (Concentrate your forces)
  • Hukum 24: Mainkan Peran Abdi Dalem yang Sempurna (Play the perfect courtier)
  • Hukum 25: Ciptakan Kembali Diri Anda (Re-Create Yourself)
  • Hukum 26: Jaga Tangan Anda Tetap Bersih (Keep your hands clean)
  • Hukum 27: Bermainlah pada Kebutuhan Orang Lain untuk Percaya Guna Menciptakan Pengikut Sekte (Play on people’s need to believe to create a cult like following)
  • Hukum 28: Bertindak dengan Keberanian (Enter action with boldness)
  • Hukum 29: Rencanakan Segala Sesuatu Sampai Akhir (Plan all the way to the end)
  • Hukum 30: Buat Pencapaian Anda Terlihat Tanpa Usaha (Make your accomplishments seem effortless)
  • Hukum 31: Kendalikan Pilihan, Biarkan Orang Lain Bermain dengan Kartu yang Anda Berikan (Control the options, get others to play with the cards you deal)
  • Hukum 32: Bermainlah dengan Fantasi Orang Lain (Play to people’s fantasies)
  • Hukum 33: Temukan Sekrup Jempol Setiap Orang (Discover each man’s thumbscrew)
  • Hukum 34: Jadilah Bangsawan dalam Gaya Anda Sendiri. Bertindaklah seperti Raja agar Diperlakukan seperti Raja (Be royal in your own fashion. Act like a king to be treated like one)
  • Hukum 35: Kuasai Seni Penentuan Waktu (Master the art of timing)
  • Hukum 36: Hina Hal-hal yang Tidak Dapat Anda Miliki, Mengabaikannya Adalah Balas Dendam Terbaik (Disdain things you cannot have, ignoring them is the best revenge)
  • Hukum 37: Ciptakan Pertunjukan yang Memukau (Create compelling spectacles)
  • Hukum 38: Berpikirlah Sesuka Anda, tetapi Berperilakulah seperti Orang Lain (Think as you like but behave like others)
  • Hukum 39: Aduk Air untuk Menangkap Ikan (Stir up waters to catch fish)
  • Hukum 40: Benci Makanan Gratis (Despise the free lunch)
  • Hukum 41: Hindari Melangkah ke Sepatu Orang Hebat (Avoid stepping into a great man’s shoes)
  • Hukum 42: Pukul Gembala dan Domba Akan Tercerai Berai (Strike the shepherd and the sheep will scatter)
  • Hukum 43: Bekerja pada Hati dan Pikiran Orang Lain (Work on the hearts and minds of others)
  • Hukum 44: Melucuti dan Membuat Marah dengan Efek Cermin (Disarm and infuriate with the mirror effect)
  • Hukum 45: Khotbahkan Kebutuhan untuk Berubah, tetapi Jangan Pernah Mereformasi Terlalu Banyak Sekaligus (Preach the need to change, but never reform too much at once)
  • Hukum 46: Jangan Pernah Terlihat Terlalu Sempurna (Never appear too perfect)
  • Hukum 47: Jangan Melewati Batas yang Anda Tuju. Dalam Kemenangan, Ketahuilah Kapan Harus Berhenti (Do not go past the mark you aimed for. In victory, know when to stop)
  • Hukum 48: Asumsikan Ketidakberwujudan (Assume formlessness)

Kelebihan Buku 48 Hukum Kekuasaan 

Memahami kelebihan dari buku ini sangatlah penting mengingat buku ini sering disorot oleh banyak orang. Kelebihan buku ini terletak pada analisis dan wawasan yang mendalam tentang arti kekuasaan. Robert Greene secar tajam mampu menuturkan dan mengajak pembaca untuk melihat dunia apa adanya tanpa batasan moralitas.  Akibatnya, pembaca didorong untuk berpikir kritis dan mampu berpikir out of the box. 

Dalam analisis tentang kekuasaan, banyak wawasan yang sangat luas ditandai dengan adanya berbagai interpretasi pada setiap hukumnya. Greene memberikan contoh di setiap hukum hukumnya dengan cereita sejarah yang ada ratusan tahun yang lalu seperti dari Tiongkok Kuno, Prancis, hingga Inggris. Cerita dan interpretasi yang disajikan tersebutlah yang menjadi dasar untuk memahami perilak manusia dan otif mendasarnya, khususnya dalam mengejar kekuasaan. 

Selain untuk memahami perilaku orang lain, banyak pembaca menemukan nnilai buku ini sebagai alat untuk pertahanan diri (defensif). Dalam lingkungan yang kompetitif, hukum hukum Greene menjadi panduan yang menawarkan strategi praktis untuk lingkungan korporat, politik, dan interaksi pribadi dimana dinamika kekuasaan berjalan. Dengan kata lain, buku ini juga bisa menjadi alat deteksi manipulasi dalam lingkungan kita berada. Alhasil, pembaca dapa menjadi lebih waspada terhadapa pola pikir yang manipulatif dan menjaga diri agar tidak menjadi korban serta bidak orang lain. 

Apabila dilihat dari gaya penulisannya, buku ini menjelaskan hukum hukumnya secara lugas dan jelas. Greene tidak bertele tele dalam penjelasannya sehingga dirinya dapat membuat topik yang kompleks menjadi mudah dipahami tanpa menggunakan kedalaman analisis yang rumit. Walaupun bahasa yang digunakan tajam, tetapi jga memiliki keindahan tersendiri. 


Kelemahan Buku 48 Hukum Kekuasaan 

Walaupun menawarkan wawasan dan analisis yang mendalam, Buku 48 Hukum Kekuasaan ini tidak lepas dari banyaknya kritik yang ada. Kritik yang paling menonjol terhadap buku ini karena pendekatannya yang terlalu amoral, jahat, dan manipulatif. Dari berbagai hukum yang ada, banyak panduan yang tidak etis, yaitu mendorong pembaca untuk berbohong, curang, dan curang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. 

Tidak adanya batasan moral dan nilai niali etika yang jelas ini lantas juga menjadi panduan untuk menjadi manipulator. Saking tidak adanya batasan moral kemanusian bahkan ada yang menyebut buku ini sebagai "injil yang digelembungkan bagi psikopat". Ini akan berpotensi bahasa karena dapat mendorong perilaku sosiopatik yaiitu cara mengakali orang (coning people), mempromosikan perilaku narsistik, bahkan memungkinkan penciptaan kultus.

Selain itu, banyak hukum kekuasaan yang secara langsung menyerang fondasi hubungan interpesonal yang sehat. Jika pembaca tidak mempertimbangkan lebih hati hati ide ide dari buku  ini, maka akan berpotensi untuk mendorong pandangan negatif tentang hubungan manusia. Hal tersebut karena hukum ini menganjurkan hubungan yang bersifat abusif alih alih bersifat menghargai. Beberapa hukum Greene yang dianggap abusif ini seperti rekomendasi untuk "tidak menaruh kepercayaan berlebihan pada teman", "menjadikan teman sebagai kambing hitam yang nyaaman", dan lainnya.  

Terdapat juga kritik terhadap penyampaian dan penerapan dari hukum hukum kekuasaan ini. Walaupun isinya kaya akan sejarah, buku ini memiliki kekurangan dalam struktur penyajian dan relevansi universalnya. Contoh sejarah yang disajikan seringkali diambil sebagian dan mengandung sedikit konteks sejarrah dan kerangka moral yang jelas. 

Pembaca yang cocok untuk Buku 48 Hukum Kekuasaan 

Adanya pro-kontra dari buku ini membuat tidak semua pembaca cocok untuk membaca buku 48 Hukum Kekuasaan. Buku ini tidak bisa relevan bagi setiap orang, khususnya bagi seorang pelayan dan orang yang penuh kasih. Hal tersebut karena beberapa rekomendasi hukum yang ditawarkan bersifat keras, amoral, dan kasar bagi sebagian orang. Jika tetap dipaksakan, maka akan berpotensi merusak jika diterapkan oleh pembaca yang kurang kritis, karena mereka bisa saja tanpa sadar menyalahgunakan prinsip-prinsip yang ada.

Sebaliknya, buku ini justru direkoendasikan untuk pembaca yang mencari kekuatan dan keunggulan stratgis serta untuk mencari pertahanan diri. Ini sangat cocok dngan konteks bisnis, sosial, dan politik yang memerlukan strategi agar dapat bertahan dan menjadi lebih maju. Namun, penerapan hukum untuk mencapai tujuan tersebut harus melalui pertimbangan yang kritis dan mendalam. Jangan sampai orang menjadi gagal paham dan menghalalkan segala cara hanya untuk menggapai tujuan. Maka dari itu, akan lebih tepat jika buku ini menjadi salah satu opsi pegangan saja dan bukan satu satunya sumber kebenaran dalam memandang kehidupan.

Referensi
Greene, R. (2000). The 48 laws of power. Penguin Books.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url