Artikel Terbaru
Loading updates...

Pertanyaan Sokrates (Socratic Questioning): Seni Bertanya yang Mendalam untuk Mengubah Pikiran atau Memandu Penemuan

Poin Kunci:
  • Pertanyaan Sokrates adalah metode dialektika yang disiplin dan sistematis, di mana seorang guru atau penanya menggunakan pertanyaan mendalam untuk membimbing responden membongkar asumsi dan menemukan kebenaran.
  • Metode ini memiliki dua tujuan utama yang berbeda: "Mengubah Pikiran" (mengarahkan responden ke kesimpulan yang sudah ditentukan) dan "Memandu Penemuan" (memfasilitasi responden untuk mengevaluasi dan menemukan solusi mereka sendiri).
  • Proses "Memandu Penemuan" mengharuskan penanya untuk mengikuti empat tahap, yaitu mengajukan pertanyaan informatif, mendengarkan secara aktif, meringkas temuan, dan mengajukan pertanyaan sintesis untuk evaluasi ulang.

Pertanyaan Sokrates (Socratic Questioning): Seni Bertanya yang Mendalam untuk Mengubah Pikiran atau Memandu Penemuan
Ilustrasi Sokrates yang Sedang bertanya

Bagaimana jika cara terbaik untuk menemukan kebenaran bukanlah dengan diberi jawaban, tetapi dengan diajukan pertanyaan?

Inilah premis yang dipraktikkan oleh Sokrates, filsuf Yunani legendaris yang justru lebih terkenal karena dialognya daripada ceramahnya. Alih-alih memberitahu orang apa yang harus dipikirkan, Sokrates menggunakan serangkaian pertanyaan tajam dan mendalam untuk membimbing mereka membongkar asumsi mereka sendiri.

Metode provokatif inilah yang kini kita kenal sebagai "Pertanyaan Sokrates" atau Socratic Questioning. Ini bukan sekadar teknik debat kuno, melainkan alat psikologis dan pendidikan yang kuat yang masih digunakan hingga hari ini untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan memandu penemuan diri.


Apa Itu Pertanyaan Sokrates (Socratic Questioning) ? 

Definisi tentang Pertanyaan Sokrates ini dalam berbagai literatur memiliki beberapa definisi yang berbeda beda dan rancu. Meskipun semua istilah yang digunkan pada literatur literatur mengunakan kata "Socratic", tetapi kata yang mengikutinya bervariasi secara luas. Istilah Istilah yang digunakan mencakup Socratic disputation, Socratic education, Socratic elenchus, Socratic interrogation, Socratic rhetoric, Socratic teaching, dan bahkan Sokratic cross-examination. Perbedaan istilah ini pada akhirnya dapat membuat bingung orang, apakah istilah tersebut merujuk pada hal yang sama atau bukan.  Namun, Pada intinya, kerancuan tersebut mengarahkan pada kesimpulan bahwa Socratic Questioning dapat didefinisikan sebagai prosedur yang sistematis, disiplin, dan mendalam untuk mengejar kebenaran.

Menurut Paul & Elder, Socratis Questioning ini adalah sebuah seni bertanya yang mendalam dan berdisiplin. Teknik ini dikatakan demikian untuk menghormati sokrates yang memiliki kecenderungan untuk mempertanyakan secara mendalam. Melalui pembelajaran pertanyaan sokrates, ini dapat menjadi metode alami utuk berpikir secara lebih kritis. 

Namun dalam hal, Carey dan Mullan menggunakan istilah metode sokrates untuk mendefinisikan Socratic Questioning. Dalam hal ini dirinya merujuk kamus filsafat yang menyebutkan bahwa metode sokrates adalah metode dialektika yang konon digunakan oleh Sokrates historis dan ditampilkan dalam dialog-dialog PLATO sebelumnya.  Metode ini menekankan bahwa guru harus melalui pertanyaan yang sabar membimbing murid untuk menemukan suatu kesimpulan yang benar tanpa guru memberi tahu murid bahwa kesimpulan itu benar. Akibanya, seorang murid akan dapat menyadari fakta bahwa dirinya mampu menuliskan jawaban atas pertanyaanya. 


Tujuan Pertanyaan Sokrates (Socratic Questioning) ? 

Setidaknya terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan dalam pertanyaan sokrates. Kedua pendekatan ini memiliki tujan sentral yang berbeda. Di satu sisi lebih menekankan pada tujuan  mengubah pikiran (Changing Minds) dan disi lain menekankan pada tujuan untuk memandu penemuan (Guiding Discovery).

1. Mengubah Pikiran (Changing Minds) 

Pendekatan ini melihat Socratic Questioning sebagai metode untuk menggiring klien atau siswa menuju kesimpulan yang telah ditentukan oleh guru atau terapis. Tujuan utamanya adalah mengubah sikap siswa agar mendapatkan keyakinan yang dianggap lebih rasional oleh terapis. Dengan demikian, penanya mengetahui jawaban yang diinginkan atau memiliki serangkaian keyakinan yang lebih masuk akal. Melalui keyaninan yang masuk akal tersebut, penanya menggunakan pertanyaan panduan (leading questions) untuk membatu seseorang tiba pada perspektif dan kesimpulan yang baru. 

2. Memandu Penemuan (Guiding Discovery)

Pendekatan ini dianjurkan oleh banyak praktisi terapi kognitif kontemporer. Dalam hal ini Socratic Questioning dipandang sebagai proses fasilitasi di mana klien atau siswa menghasilkan solusi dan penemuan mereka sendiri. Tujuan utamanya bukan untuk mengubah keyakinan klien, melainkan membantu mereka mengevaluasi ulang kesimpulan sebelumnya atau menyusun ide baru menggunakan informasi yang baru ditemukan

Penanya harus memiliki rasa ingin tahu yang tulus dan memandu tanpa mengetahui secara pasti ke mana tujuan akhir diskusi. Dengan demkian, penyanya adalah sebagai sistem pengambilan memori tambahan (additional memory bank retrieval system) yang membantu klien menyadari informasi relevan yang di luar fokus mereka saat ini.  Tujuan jangka panjang dari pendekatan ini adalah mengajari klien proses evaluasi agar mereka dapat berfungsi lebih independen di masa depan.


Bagaimana Cara Memberikan Pertanyaan Sokrates (Socratic Questioning) ? 

Sebelum memberikan pertanyaan, hal pertama yang perlu dimiliki adalah semangat untuk bertanya. Ini tidak sekedar hanya keinginan untuk mengajukan pertanyaan saja, tetapi ini lebih dari hal itu. Seorang penanya setidaknya harus memliki kemampuan berpikir secara bersama, mampu mendengarkan dengan cermat, sabar dan reflektif terhadap jawaban orang lain. Selain itu pastikan juga untuk fokus pada peranyaan dasar yang spesifik.

Kemudian, jika tujuan penanya adalah Memandu Penemuan (tujuan yang dianjurkan dalam praktik kognitif ), Menurut Padesky, setidaknya pertanyaan sokrates harus mengikuti empat tahap proses ini:

Tahap 1: Mengajukan Pertanyaan Informatif (Asking informational questions)

Pertanyaan pada tahap ini harus memenuhi kriteria berikut:

  • Klien memiliki pengetahuan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jangan menanyakan hal yang mustahil untuk dijawab.
  • Menarik perhatian responden pada informasi yang relevan dengan masalah yang dibahas, tetapi mungkin berada di luar fokus klien saat ini. (Penanya berfungsi sebagai sistem pengambilan memori tambahan).
  • Secara umum, bergerak dari yang konkret ke yang lebih abstrak. Mulailah dengan pertanyaan konkret untuk membuat masalah spesifik, seperti meminta ilustrasi spesifik (seperti, kondisi keluarga, hubungan dengan orang lain, dll)

Tahap 2: Mendengarkan (Listening)

Mendengarkan adalah paruh kedua dari bertanya.

  • Penanya harus terbuka untuk menemukan hal yang tidak terduga. Jika penanya tidak terkejut dengan jawaban klien secara teratur, penanya mungkin tidak mengajukan pertanyaan yang menarik atau tidak mendengarkan jawabannya.
  • Dengarkan kata-kata unik (idiosyncratic words), reaksi emosional, metafora klien, atau kata yang tampaknya ditempatkan secara aneh dalam kalimat. Merefleksikan kembali bagian-bagian yang tidak terduga ini dapat menciptakan jalur baru menuju skema inti.

Tahap 3: Meringkas (Summarizing)

Karena seringkali berlangsung selama beberapa menit dan menghasilkan banyak informasi baru, Penanya harus meringkas secara teratur.

  • Ringkasan membantu klien melihat semua informasi baru secara keseluruhan, yang terkadang memiliki dampak lebih besar daripada mempertimbangkan setiap data secara terpisah.
  • Ringkasan juga memastikan bahwa Anda dan klien memiliki pemahaman yang sama.

Tahap 4: Pertanyaan Sintesis atau Analitis (Synthesizing or Analytical Questions)

Ini adalah tahap akhir yang krusial.

  • Setelah informasi ditemukan dan diringkas, tanyakan pertanyaan yang menerapkan informasi baru ini pada kekhawatiran atau keyakinan asli responden.
  • Pertanyaan sintetis membantu klien menggabungkan jawaban secara bermakna untuk mengevaluasi kembali kesimpulan sebelumnya atau menyusun ide baru. Contohnya dapat dilihat pada orang yang merasa dirinya tidak berguna. Melalui berbagai jawaban yang menyoroti tentang perannya dan manfaat dari dirinya, cobalah untuk bertanya "lantas, bagaimana bisa anda merasa tidak berguna ketika anda sendiri memiliki peran dan manfaat terhadap orang lain".
Referensi

Carey, T. A., & Mullan, R. J. (2004). What is Socratic questioning? Psychotherapy: Theory, Research, Practice, Training, 41(3), 217–226.

Paul, R., & Elder, L. (2019). The thinker's guide to Socratic questioning. Bloomsbury Publishing PLC.

Padesky, C. A. (1993, September). Socratic questioning: Changing minds or guiding discovery. In A keynote address delivered at the European Congress of Behavioural and Cognitive Therapies, London (Vol. 24, p. 44).


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url