Artikel Terbaru
Loading updates...

Hidup Untuk Sekali Lagi, Review Buku The Midnight Library karya Matt Haig

Poin Kunci:
  • Novel fiksi "The Midnight Library" sangat direkomendasikan bagi pembaca yang sedang merasa putus asa, kecewa, atau kehilangan semangat hidup, karena narasi ini mengeksplorasi tema perjuangan batin untuk bertahan dan keinginan untuk hidup sekali lagi
  • Ditulis oleh Matt Haig, seorang penulis Inggris pemenang "Goodreads Choice Awards 2020 Best Fiction", buku setebal 367 halaman ini mengajak pembaca berimajinasi melalui petualangan tokoh utama dalam sebuah ruang berbentuk perpustakaan
  • Meskipun membahas topik kehidupan yang berat, buku ini disajikan secara tidak membosankan melalui dominasi dialog serta penggunaan tipografi unik (variasi ukuran dan ketebalan huruf) untuk menonjolkan kalimat-kalimat yang berkesan (memorable)

“Bukan apa yang kau lihat yang penting, melainkan apa yang kau pahami” 

Dalam dunia yang terus berputar ini, 

Pernahkah kamu merasa lelah?

Merasa kecewa dengan diri sendiri?

dan merasa putus asa?

Tebersit ingin meninggalkan dunia,

melihat hidup dengan warna gelap,

dan menyalahkan diri sendiri.


Jika, kamu merasakan beragam hal tersebut, maka aku merekomendasikan kamu membaca buku ini. Buku yang berjudul “The Midnight Library” karya Matt Haig.

Sebelum menceritakan buku tersebut, mari perkenalan dengan penulisnya terlebih dahulu. Matt Haig adalah pengarang novel dan jurnalis berkebangsaan Inggris. Beliau menulis buku fiksi dan nonfiksi untuk anak-anak. Beliau pernah memenangi penghargaan “Blue Peter Award” dan “the Smarties Book Prize”. Karya beliau ini, yaitu buku “The Midnight Library” berhasil memenangkan “Goodreads Choice Awards 2020 Best Fiction”.

Yaps, buku “The Midnight Library”, yang aku review ini, berbahasa indonesia dan memiliki ketebalan 367 halaman. Dengan judul tersebut, kita sebagai pembaca akan dibawa ke sebuah ruang yang berbentuk perpustakaan. Oh ya, buku ini bergenre fiksi. Sehingga, imajinasi teman-teman dapat diajak. Menarik pembaca untuk seolah-olah ikut dalam petualangan tokoh utama melalui perpustakaan tersebut.

Dalam penyajian di buku “The Midnight Library” ini, kita akan diajak untuk merasakan percakapan para tokoh yang ada. Sehingga, kita tidak akan merasa bosan membacanya. Selain itu, tulisan-tulisan yang ada di dalam buku ini, perihal setiap halaman, tidak selalu penuh dari atas ke bawah. Adakalanya, di bagian tertentu, ada halaman yang berisi satu kata judul.

Juga, terdapat kalimat-kalimat yang berbeda dengan umumnya. Tersaji dengan beda ukuran, ketebalan, dan font. Seakan kalimat-kalimat tersebut menandakan sebuah hal yang memorable untuk pembaca maupun tokoh utamanya.

Walaupun membaca buku “The Midnight Library” ini tidak membosankan, tetapi terasa berat. Buku ini membicarakan mengenai kehidupan. Pergulatan batin tokoh utama. Pada awal, kita seakan ikut terbawa suasana dan nuansa dari apa yang dirasa si tokoh. Di akhir, kita akan merasa ……. *rahasia, nanti spoiler malah.

Yaps, aku merekomendasikan buku fiksi ini “The Midnight Library”, untuk dibaca teman-teman yang putus asa dengan hidupnya, melihat dunia dengan warna gelap selalu, dan rasa rendah diri lainnya; yang mengikis eksistensi diri. Untuk terus hidup. Untuk terus bertahan. Untuk hidup sekali lagi..

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url