Jaga Kewarasan Pikiran dengan Menjadi Stoik Ala Marcus Aurelius
Poin Kunci:
- Inti pemikiran Stoik Marcus Aurelius adalah bahwa manusia tidak selalu memiliki kontrol atas peristiwa eksternal
- Ajaran ini bukanlah tentang kepasrahan total, melainkan tentang membedakan antara hal yang tak bisa diubah (seperti keluarga) yang harus diterima dengan rasa syukur, dan hal yang bisa dikontrol (seperti mimpi) yang harus diperjuangkan
- Marcus Aurelius juga menekankan bahwa masalah sesungguhnya berasal dari penilaian internal kita sendiri
| Ilustrasi Gambar Marcus Aurelius (source : freepik) |
Stoikisme menjadi salah satu cabang filsafat yang saat ini banyak diminati oleh banyak orang. Menjadi salah satu tokoh stoik, banyak pemikiran Marcus Aurelius yang hingga saat ini masih dilestarikan bahkan diterapkan. Pemikiran pemikiran Marcus Aurelius ini salah satunya tertuang dalam bukunya berjudul meditations. Buku ini terkenal di berbagai negara dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, salah satunya bahasa Indonesia.
Inti dari pemikiran Marcus Aurelius ini mengingatkan kepada kita bahwa manusia tidak selalu memiliki kontrol terhadap apa masalah yang dihadapinya. Terkadang terdapat beberapa hal yang tidak mampu untuk dikendalikan oleh manusia. Alih alih melawan dan mencoba mengendalikan, seorang stoik akan lebih memilih untuk menerima nasib atas kondisi yang dihadapinya. Dirinya sadar bahwa cara terbaik untuk keluar dari masalah itu bukan dengan melawannya, tetapi dengan menghadapi masalah itu secara langsung dan memecahkan masalah dari kondisi yang dapat kita kontrol.
Walaupun seakan akan terlihat seperti menerima nasib, ajaran Stoik tidak sepenuhnya menerima keadaan yang dimilikinya. Hanya beberapa masalah yang tidak bisa dikontrol yang perlu diterima nasibnya, tetapi untuk hal hal yang dapat dikontrol tetap harus diperjuangkan sesuai keinginan dan mimpi yang dimilikinya. Misalnya, seseorang tidak bisa untuk memilih dari mana dilahirkan. Dalam hal ini, Marcus Aurelius mengajarkan untuk bersyukur terhadap anggota keluarga yang dimilikinya. Apapun keburukan yang dimiliki keluarga, pasti ada kelebihan yang dimilikinya sehingga dari kelebihan tersebutlah yang harus disyukuri dan diambil hikmahnya.
Di sisi lain, salah satu poin yang juga ditekankan oleh Marcus Aurelius ini adalah bahwa masalah sebenarnya datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain. Sesuatu hal dikatakan masalah karena dirinya menganggap hal itu masalah, sebaliknya apabila sesuatu hal di anggap tidak bermasalah maka hal itu tidak juga dianggap masalah. Jadi, apabila tidak ingin mendapat masalah maka jangan anggap sesuatu menjadi bermasa-lah. Pandanglah apa yang selama ini sebagai hal yang bermasalah menjadi sesuatu yang bermanfaat atau setidaknya positif.
Inti dari pemikiran Marcus Aurelius ini mengingatkan kepada kita bahwa manusia tidak selalu memiliki kontrol terhadap apa masalah yang dihadapinya. Terkadang terdapat beberapa hal yang tidak mampu untuk dikendalikan oleh manusia. Alih alih melawan dan mencoba mengendalikan, seorang stoik akan lebih memilih untuk menerima nasib atas kondisi yang dihadapinya. Dirinya sadar bahwa cara terbaik untuk keluar dari masalah itu bukan dengan melawannya, tetapi dengan menghadapi masalah itu secara langsung dan memecahkan masalah dari kondisi yang dapat kita kontrol.
Walaupun seakan akan terlihat seperti menerima nasib, ajaran Stoik tidak sepenuhnya menerima keadaan yang dimilikinya. Hanya beberapa masalah yang tidak bisa dikontrol yang perlu diterima nasibnya, tetapi untuk hal hal yang dapat dikontrol tetap harus diperjuangkan sesuai keinginan dan mimpi yang dimilikinya. Misalnya, seseorang tidak bisa untuk memilih dari mana dilahirkan. Dalam hal ini, Marcus Aurelius mengajarkan untuk bersyukur terhadap anggota keluarga yang dimilikinya. Apapun keburukan yang dimiliki keluarga, pasti ada kelebihan yang dimilikinya sehingga dari kelebihan tersebutlah yang harus disyukuri dan diambil hikmahnya.
Di sisi lain, salah satu poin yang juga ditekankan oleh Marcus Aurelius ini adalah bahwa masalah sebenarnya datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain. Sesuatu hal dikatakan masalah karena dirinya menganggap hal itu masalah, sebaliknya apabila sesuatu hal di anggap tidak bermasalah maka hal itu tidak juga dianggap masalah. Jadi, apabila tidak ingin mendapat masalah maka jangan anggap sesuatu menjadi bermasa-lah. Pandanglah apa yang selama ini sebagai hal yang bermasalah menjadi sesuatu yang bermanfaat atau setidaknya positif.
baca juga : Review Buku Meditations Marcus Aurelius: Menelisik Kelebihan, Kekurangan, dan Inti Ajaran Meditations
Referensi
Buku Meditations karya Marcus Aurelius
nice